Crossfitanalog – MEMBESARKAN anak tak hanya membutuhkan uang, tapi juga bekal parenting yang cukup LGO4D dan kesiapan mental untuk membesarkan anak dari setiap orangtua, baik itu ayah atau pun ibu.
Terlebih jika Anda menghadapi balita yang masih sedang mengeksplor banyak hal dan cenderung sulit untuk diatur. Jangan sampai para orangtua, mudah tersulut emosi dan mendisiplinkan si kecil dengan memukul.
Seperti dijelaskan Dokter Spesialis Anak, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH, ada penelitian yang menunjukkan bahwa orangtua yang berniat mendisiplikan anaknya dengan cara memukul sang anak, ternyata bisa membuat si kecil menjadi lebih impulsif, agresif dan mempunyai rasa empati yang rendah.
“Studi menunjukkan anak yang dipukul orangtua jadi lebih impulsif, agresif, dan memiliki empati yang lebih rendah,” kata dr. Mesty dikutip dari akun Twitter pribadinya, @mestyariotedjo, Selasa (16/4/2024)
Ditegaskan bahwa, terlalu sering mendisiplinkan anak dengan memukulnya bisa jadi membuatnya berpikir bahwa memukul adalah suatu hal yang wajar dan tindakan yang boleh dilakukan ke orang lain.
Khawatirnya, anak menjadi pemberontak di kemudian hari. Tak cuma itu, dr. Mesty juga menjelaskan anak yang sering dipukul cenderung hiperaktif dan memiliki kesulitan untuk mengatur emosinya.
Bahkan hal ini bisa bertahan di ingatannya dan terus kesulitan mengatur emosi setelah bertahun-tahun kemudian, meskipun sudah tidak lagi dipukul.
“Berisiko lebih hiperaktif dan lebih sulit mengendalikan emosi bahkan bertahun-tahun setelah tidak dipukul,” tegasnya.
Ia menegaskan, sejatinya mendisiplinkan anak tak harus dengan memukul alias kekerasan secara fisik. LINK ALTERNATIF LGO4D Anak bisa mudah mengikuti arahan orangtua asalkan keluarganya hangat, orangtuanya bisa mengendalikan emosi, dan tidak bermain gadget secara berlebihan.
“Mendisiplinkan anak tanpa memukul. Pastikan dulu keluarga hangat, hubungan suami istri baik, orang tua bisa atur emosi, asupan gula anak, dan gadget tidak berlebih,” jelas dr. Mesty.
Lebih lanjut menurut suatu studi, memperlihatkan bahwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang kacau, mengonsumsi banyak gula, dan main gadget berlebih bisa membuat anak semakin mudah tantrum dan sulit diatur.
Oleh karenanya, dr. Mesty mengimbau orangtua untuk membuat rumah menjadi tempat paling aman untuk si kecil. Sehingga mereka tak mudah mengalami gangguan perilaku dan emosi.
Pastiin dulu, jangan salahin anaknya dulu, ‘Dok anak saya kalau ga dibentak-bentak ga dipukul engga nurut’. Apakah anak sudah merasa dicintai di rumah? Karena anak yang tidak merasa aman di rumah, lebih berisiko mengalami gangguan perilaku dan emosi,” pungkasnya.